Sabtu, April 11

Pingsan Jangan Dianggap Remeh

kmu pernah pingsan? be carefull ! ! !
Menurut sebuah studi, orang yang pernah pingsan punya resiko kematian akibat serangan jantung 1,3x lipat dari yang tidak pernah pingsan. Sedangkan apabila riwayat pingsan tersebut benar-benar karena kelainan jantung maka peningkatan risiko kematian dalam satu tahun mendatang meningkat 2 kali lipat! Nah, sekarang Anda boleh menebak, kira-kira apa komentar kebanyakan orang ketika mendengar teman sekolah pingsan saat hendak berangkat skul pada pagi hari?
kebanyakan orang mengatakan, dia pingsan coz belum sarapan alias lapar, kurang tidur, dan kecape'an, ada yang ngomong kalau itu gejala lemah jantung. Jadi hampir sebagian besar tidak memikirkan kelainan jantung sebagai masalah utama. Bagaimana menurutmu? Mungkin memang Andalah yang benar. Lhoooo, kok bisa? Apa pun jawabanmu, itu adalah salah satu diagnosis banding yang harus dipikirkan. Karena memang tidak mudah untuk mengetahui penyebab pingsan hanya dari data sekilas info

apalagi gosip.
Pingsan didefinisikan sebagai gejala hilangnya kesadaran yang mendadak dan sementara, plus kelemahan otot penyangga tubuh yang kembali normal secara spontan. Vertigo alias pusing tujuh keliling yang menyebabkan jatuh, kepala terasa ringan, perasaan lemah kejang- kejang, semua itu tidak bisa disebut pingsan.
Bahkan setelah dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan penunjang pun, masih ada 34 persen dari pingsan yang digolongkan tak diketahui sebabnya (unknown cause). Mengapa? Karena otak adalah organ yang sangat unik. Otak mengonsumsi oksigen secara terus menerus dan membutuhkan sekitar 3,6 ml oksigen per 100 gram jaringan otak per menit. Dan lagi, otak tidak dapat menyimpan energi.
Akibatnya ia tergantung pada kelancaran dan suplai dari pembuluh darah di otak. Ketika aliran darah di otak terganggu, kesadaran akan hilang dalam waktu 10 detik. Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan aliran darah di otak terganggu.
Pertama, gangguan dari organ yang bertugas memompa darah, yakni jantung. Kedua, gangguan pada pipa penyalurnya, yakni pembuluh darah. Tidak seperti pipa PDAM yang tidak elastis, diameter pembuluh darah bisa melebar dan menyempit. Apabila terjadi penurunan tahanan yang mendadak, diameternya bisa melebar seketika.
Akibatnya darah tidak tersalurkan dengan baik ke otak, karena terkumpul di tempat lain. Begitu juga kalau ada sumbatan sementara pada pembuluh darah di otak atau penurunan volume darah tubuh. Semuanya menyebabkan aliran darah ke otak berkurang.

Penyebab
Nah, secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac syncope) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian selanjutnya seperti yang telah disebut di atas.Studi yang sama juga menunjukkan bahwa pada pingsan akibat kelainan jantung, tingkat kematian dalam satu tahun mencapai 18-33 persen. Bandingkan dengan pingsan sebab kelainan bukan jantung yang hanya 0-12 persen. Karena itu, meskipun kelainan jantung hanya mendasari sekitar 20 persen dari keseluruhan kasus pingsan, tetapi sejak awal langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyingkirkan ada tidaknya kelainan jantung yang mendasari.Bagaimana caranya? Dari wawancara yang baik, pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi (EKG), bisa diduga kemungkinan kelainan jantung yang mendasari. Riwayat penyakit jantung apapun sebelumnya, pingsan yang terjadi saat aktivitas ekstra berat, atau malah sebaliknya saat santai dalam posisi tidur, diawali dengan berdebar-debar, sering sesak napas sebelumnya, dan riwayat keluarga meninggal mendadak, semuanya menjurus ke penyebab dari jantung.
Apalagi bila didapatkan kelainan jantung dari pemeriksaan fisik dan EKG. Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan.
Pertama adanya hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi pompa jantung pun bisa terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun. Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung, dan lain-lain.
Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Bayangkan apabila irama jantung tiba-tiba melambat. Tentu saja terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika ia memompa terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome (SSS). Pada SSS terjadi kerusakan sinus, suatu titik dengan otoritas tertinggi dari jantung yang bertugas mengatur irama jantung. Kerusakan ini bisa terjadi akibat proses menua, penurunan pasokan oksigen, atau infeksi. Apabila si jendral pengatur sakit, maka ada beberapa saat di mana irama jantung melambat atau malah terlalu cepat. Saat jantung berhenti berdetak beberapa saat itulah pingsan menjelma. Karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui seberapa besar risiko jadinya gangguan irama jantung pada seseorang yang mengalami episode pingsan. Adanya riwayat penyakit jantung koroner, gagal jantung, kelainan katup, pemakaian alat pacu jantung atau kelainan jantung bawaan memperkuat dugaan bahwa penyebab pingsan berasal dari kelainan jantung. Begitu juga faktor lain seperti hipertensi, diabetes, dan riwayat anggota keluarga dengan penyakit jantung atau meninggal mendadak. Perlu dipikirkan juga gangguan irama jantung yang disebabkan obat-obatan jantung yang dikonsumsi.
Pingsan dengan kecurigaan akibat kelainan jantung memerlukan pemeriksaan lanjutan. Konsultasi dengan dokter jantung sangat mendesak. Ekhokardiografi, monitor EKG, dan pemeriksaan elektrofisiologi mungkin diperlukan untuk memastikan diag-nosa dan menentukan terapi selanjutnya.
Bukan Jantung
Bagaimana bila dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik dan EKG tidak mengarah ke kelainan jantung? Maka langkah diagnostik akan ditujukan pada sebab lain. Pingsan bisa disebabkan oleh mekanisme vasovagal (vasovagal syncope) atau disebut neurocardiogenic syncope. Prosesnya terjadi akibat stimulasi berlebihan dan keliru dari sistem saraf vagus (saraf ke-10), yang mengakibatkan respon penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dengan atau tanpa berkurangnya frekuensi denyut jantung. Tiadanya riwayat penyakit jantung, pingsan yang berulang-ulang, terdapat episode kepala terasa ringan, pandangan kabur dan mual muntah 1-2 menit sebelumnya mengarahkan pada pingsan jenis ini.
Contohnya pada kondisi stres emosional, nyeri yang sangat, berdiri terlalu lama, aktivitas di lingkungan yang terlalu panas, batuk, serta saat buang air kecil dan besar. Pingsan jenis ini juga terjadi akibat terlalu pekanya sinus karotis pada leher hingga merangsang reflek saraf vagus, misalnya pada penggunaan baju dengan kerah yang terlalu ketat.

Hipotensi ortostatik, suatu kondisi penurunan tekanan darah dengan perubahan posisi, menjadi salah satu sebab terbanyak dari pingsan. Terutama pada usia muda dan tanpa riwayat penyakit jantung. Saat kita berdiri, lebih dari 0,5 liter darah berpindah ke perut dan kaki. Seharusnya tubuh merespon penurunan volume darah tersebut dengan meningkatkan kontraktilitas otot jantung, penambahan frekuensi denyut jantung, dan peningkatan tahanan pembuluh darah. Proses menua, diabetes, gagal ginjal, alkohol, infeksi, kekurangan vitamin B12, dan obat-obat tertentu menganggu proses adaptasi tersebut. Apalagi bila didapatkan penurunan volume cairan tubuh seperti pada kondisi diare, atau peningkatan dosis obat anti hipertensi. Kemungkinan penyebab pingsan yang lain masih sangat banyak. Kelainan pembuluh darah di otak yang menyebabkan sumbatan sementara bisa memunculkan gejala awal sebagai pingsan. Penurunan kadar gula darah, kekurangan oksigen, dan hiperventilasi yang ditandai napas cepat dan dalam yang biasanya berhubungan dengan faktor psikologis juga menjadi pemicu pingsan.
Nah, lepas dari semua mekanisme yang sampai sekarang belum jelas benar, adalah sangat perlu untuk tidak menganggap sepele kejadian pingsan pada seseorang. Risiko kematian yang tinggi pada pingsan akibat kelainan jantung perlu disingkirkan terlebih dulu, hingga terapi yang tepat bisa diberikan sejak dini. Apabila ternyata jantung oke-oke aja, bukankah hati lebih tenang? ;)




http://multiply.com

Tidak ada komentar: